26 Mei 2010

Migrasi OS... Mungkinkah?! (tapi tetap HARUS dilakukan)

Sudah bertahun-tahun rasanya mendengar seruan Migrasi OS di tubuh pemerintahan. Dari Windows bajakan ke Linux yang free. Free bukan berarti gratis, tapi lebih tepatnya bebas. Memang sangat bejibun kendala yang akan muncul dalam proses migrasi, apalagi di dalam tubuh BIROKRASI atau lebih tepatnya BIROCRAZY ^_^

Dalam TOT Open Source dijelaskan secara sederhana mengapa kita harus migrasi OS, antara lain :
  1. Fatwa MUI : pembajakan haram hukumnya! Apapun bentuknya, termasuk menggunakan software bajakan. Karena membeli Windows legal mahal, maka sebagian besar PC terpaksa diinstall Windows bajakan.
  2. Pembajakan yang terjadi di negara ini telah menimbulkan dampak global, yaitu penerapan penalty kenaikan pajak export dari Indonesia di pasar internasional. Hal ini membuat harga-harga produk yang di-export oleh Indonesia menjadi sangat mahal dan akan kalah dalam persaingan perdagangan internasional.
  3. Anggaran untuk membeli OS legal semacam Windows seharusnya bisa dimanfaatkan untuk sektor lainnya yang jauh lebih bermanfaat. Jadi menggunakan OS Linux akan menekan Anggaran Belanja Negara di bidang TIK.
  4. Menyambut Hari Kebangkitan Teknologi pada 10 Agustus 2010 nanti, diharapkan setiap lembaga pemerintahan sudah menerapkan penggunakan Open Source Software dalam menjalankan tugas dan fungsinya.
Kendala terbesar yang akan dihadapi adalah pada sektor SDM. Terutama pada lembaga teknis daerah yang memiliki tuntutan tingkat kuantitas dan kualitas kerja rutin yang tinggi, tentu saja tidak memiliki cukup waktu untuk melakukan pembelajaran OS dan aplikasi office baru, baik secara kelembagaan maupun personal pegawainya. Bagaimanapun perlu waktu dan energi yang LEBIH untuk dapat beradaptasi dengan OS dan Software baru.


Yang jelas WILL (niat dan tekad) dari tingkat Top Management harus ada, dan tetap konsisten menghadapi konsekuensi logisnya... tul nggak?! Secara bertahap, perubahan itu akan terjadi, dan memang harus terjadi. Jika pada satu PC membutuhkan budget sekitar 3 jutaan untuk biaya pembelian OS dan aplikasi office-nya, maka paling tidak hanya membutuhnya seperempatnya saja utk biaya teknis proses migrasi (bahkan bisa jadi lebih kecil lagi). Bukankah itu sebuah efisiensi yang sangat signifikan?! 

Tidak ada komentar: